Selasa, 29 April 2014

Wawancara: Ekonomi, Pendidikan, dan Pemimpin Bangsa

Wawancara Mengenai Ekonomi & Pendidikan
Ekonomi
Narasumber: MI, Sarjana Ekonomi.
1
            Menurut bapak, apakah masalah perekonomian di Indonesia ini bisa diselesaikan atau tidak?
Semuanya bisa, tetapi bergantung pada niat, kejujuran dan ketegasan dari pemimpin Indonesia ini. Apabila pemimpin kita menjunjung tinggi nilai kejujuran dan kebersihan hatinya, masalah perekonomian akan dengan mudah diselesaikan. Tetapi, kecurangan dan korupsi sangat memperlambat penyelesaian masalah ini. Akar dari permasalahan ekonomi ini bukanlah pada sistemnya tetapi pada manusia yang mengatur sistemnya. Sebuah sistem dibentuk oleh manusia dan sistem tersebut dapat diperbaiki apabila manusianya sudah bertindak dengan benar. Sebagai contoh, subsidi BBM seharusnya dihapuskan karena sangat menggerogoti perekonomian negara. Subsidi ditujukan kepada masyarakat yang kurang mampu, tetapi semua orang menggunakannya. Penghapusan subsidi BBM dapat mempercepat pertumbuhan kemajuan ekonomi Indonesia. Tetapi, apabila akan menghapus subsidi tersebut, pemimpin kita harus membenahi transportasi umum terlebih dahulu.



Gambar 1.1 menunjukan mobil yang sedang mengisi BBM bersubsidi disebuah SPBU

           Jika berperan sebagai kepala pemerintahan, apa yang akan bapak lakukan?
Pertama, kita harus menyadari dan memahami akar dari permasalahannya. Indonesia kaya dengan sumber daya alam. SDMnya pun juga sangat luar biasa. Permasalahannya adalah penggunaan SDA yang tidak dioptimalkan secara benar sehingga tidak bisa mencukupi seluruh rakyat Indonesia. Pada faktanya, hanya beberapa orang yang memiliki permasalahan distribusi ekonomi. Untuk memecahkan masalah ini, kepemilikian umum, individu dan negara harus dipisahkan. Kita harus melihat dulu di dalam UUD pengaturan tentang kekayaan alam yang berkaitan dengan masalah bagaimana pemerintah mengelola SDA ini yang digunakan untuk kepentingan masyarakat.
Contohnya, sektor-sektor swasta yang akan mengakibatkan kenaikan biaya, hal ini tidak dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Sistem kepemilikikan yang bersifat monopoli harus dihapuskan. Di dalam UUD dulu, barang tambang harus dimiliki oleh rakyat. Tetapi sekarang, banyak dimiliki oleh swasta atau individu untuk kepentingan pribadi atau kelompok.


Gambar 1.2 menunjukan bahwa hasil dari pertambangan di bumi ini yang diolah menjadi beberapa balok emas

            Ada seorang tokoh yang mengatakan dia akan mengubah ekonomi di Indonesia dalam 10 tahun menjadi upah minimum regional. Apakah mungkin atau tidak?
Sangat memungkinkan. Apabila tokoh tersebut sudah mempunyai karakteristik yang disinggung sebelumnya, hal ini bisa dilaksanakan. Dengan kejujuran dan ketegasan, dia pasti akan berpegang teguh dengan prinsip dan konsepnya. Dan apabila ada pengaruh-pengaruh atau ancaman, tokoh tersebut akan dengan berani den tegas melawan sebab dia tahu dan sadar bahwa dia tidak salah.


Pendidikan
Narasumber: E, Dosen Psikologi Binus

     Mengenai sumber daya, SDM yang berkualitas itu bersumber dari pendidikan yang bagus juga. Menurut ibu, apakah pendidikan di Indonesia sudah memadai?
Belum, pendidikan Indonesia masih sangat memprihatinkan. Sebagai contoh, banyak orang panik dan bingung karena masalah UN yang menentukan kelulusan. Pada faktanya, UN sendiri bukan merupakan jaminan orang untuk berhasil karena UN hanya mengeukur kemampuan pada periode waktu itu saja. Pendidikan seharusnya dievaluasi dari 3 arah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. UN hanya mewakili aspek kognitif. Masalah biaya juga sangat memprihatinkan dimana akses pendidikan tidak bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan mahal, orang miskin dilarang sekolah. Banyak sekolah yang tidak beratap, kekurangan guru. Artinya, pemerataan pendidikan di Indonesia belum baik dan masih harus dibenahi dalam sistem dan infrastruktur.
    Pendidikan yang baik seperti apa?
Sistem kurikulum Indonesia banyak yang tidak sesuai dengan tujuan implementasi pendidikan. Rancangannya sudah bagus tetapi pelaksanaannya tidak sesuai. Ketika diterapkan evaluasi UN, terjadi kecurangan  berarti tidak sesuai dengan karakter yang ingin dibentuk lewat kecurangan itu sendiri. Tidak hanya murid, guru juga banyak yang memberikan contekan terjadi secara sistemik. Masalah ini tidak bisa diselesaikan secara parsial tetapi harus diselesaikan secara sistemik. Evaluasi, kurikulum yang harus diperbaiki. Akses terhadap internet baik di Jakarta dan daerah lainya.
      Menurut ibu, apakah ada calon pemimpin yang sepaham dengan ibu atau cocok untuk memimpin Indonesia?

Di indonesia, belum ada tokoh yang dapat dijadikan contoh. Kemengan dari PDIP yang diwakili Jokowi bukan kemenangan partai melainkan kemenangan dari tokohnya. Mengapa? Karena masyarakat membutuhkan pemimpin yang mengurangi kondisi rea. Tokoh yang dapat dijadikan contoh adalah seseorang yang berani turun dan terjun langsung ke masyarakatnya. 

-> Jadi kesimpulan yang saya dapat dari hasil wawancara ini, keduanya berbeda pendapat namun dalam satu konteks permasalahan yang sama. yang satu membicarakan permasalahan ada pada sistem namun yang satu lagi berkata karena sistem itu dibuat atau dibentuk oleh orang, akibatnya orang nya lah yang harus benar agar terbentuknya sistem yang benar di dunia ini. Kedua nya tidak ada benar dan tidak ada juga yang salah, namun disini kita harus ingat bahwa di indonesia ini kaya akan sumber daya alam atau disebut juga SDA, tetapi banyak yang salah oergunakan SDA di Indonesia ini, baik di pergunakan sebagai kebutuhan individu maupun kelompok oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu apabila kita baik menjadi pemimpin maupun memilih pemimpin, kita harus memilah yang mana pemimpin itu tegas dalam hal apapun (terutama sebuah kepentingan untuk negara), jujur, rela bersosialisasi, rela berbagi pada masyarakat, memimpin negara ini dengan aman serta tentram dan rela bertanggung jawab atas apapun yang diperbuat baik positif maupun negatif.

Reference images :
Gambar diambil dari www.google.com pada tanggal 29-4-2014 pada jam 11.20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar