Selasa, 29 April 2014

Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom

I. Knowledge

Pengetahuan tidak bisa dipandang seperti memandang suatu objek.Kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap oleh budi manusia yang terbatas. 


Pengetahuan dapat dikatakan sebagai:

  • Indrawi lahir :  pengetahuan yang dicapai secara langsung melalui lima indera seperti penglihatan, pendengaran, pembau, perasaan, serta peraba.
  • Indrawi batin : pengetahuan yang didapat melalui ingatan dan khayalan, baik mengenai apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauannya
  • Perseptif :  pengetahuan yang muncul secara spontan, seperti melalui gerakan tangan, tingkah laku/sikap untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dengan situasi yang ada.
  • Refleksif :  pengetahuan yang membuat objektif kodrat dari suatu realitas. baik dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta putusan-putusan maupun dalam bentuk lambang, mitos, atau karya seni.
  • Diskursif :  pengetahuan yang muncul sebagai sesuatu yang datang dari sebab ke akibat dan dari akibat ke sebab, dari prinsip ke konsekuensi dan dari konsekuensi ke prinsip.
  • Intuitif :  pengetahuan yang memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya, keseluruhan dalam satu bagian, sebab dalam akibat, konsekuensi dalam prinsip.
  • Induktif : pengetahuan yang mencakup hal khusus ke umum
  • Deduktif: pengetahuan yang mencakup hal umum ke khusus
  • Kontemplatif : pengetahuan yang mempertimbangkan benda-benda dalam dirinya dan untuk dirinya sendiri
  • Spekulatif :  pengetahuan yang mempertimbangkan benda dalam bayangan dan ide atau konsep tentang benda itu sendiri.
  • Praktis : pengetahuan yang mempertimbangkan benda-benda menurut bagaimana mereka bisa dipergunakan.
  • Sinergis : pengetahuan yang merupakan akumulasi dari seluruh daya kemampuan dari subjek
Pengetahuan menjadi sangat kompleks dan beraneka ragam sifat dan bentuknya. Pengetahuan adalah kegiatan yang menjadikan suatu realitas yang bisa dinyatakan. 
Pengetahuan merupakan hubungan subjek dengan objek,yang berbeda darinya,inti kesadarannya yaitu kegiatan yang menjadi bersamaan waktu,subjek mengetahui suatu realitas.

II. Intelligence

Inteligensi diambil dari kata intellectus dan intellegere(bahasa Latin). Kata intellegere terdiri dari kata intus yang artinya pikiran atau akal, kata legere yang berarti membaca atau menangkap. Kata intellegere  berarti membaca dalam pikiran atau akal segala hal dan menangkap artinya yang dalam.

Inteligensi adalah kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi prediksi, kontrol (pengendalian), memilih, mengarahkan. 


III. Affection 

Cipta (kognisi), karsa (konasi), rasa (afeksi), itulah trias-dinamika manusia, atau manusia sebagai trias-dinamika.manusia bukan saja memiliki kemampuan kognitif-intelektual, tetapi juga afektivitas.  Di samping pengetahuan, afektivitas juga membuat manusia berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan peristiwa-peristiwa dunianya.Melalui peranan afektivitas, manusia tergerak untuk mengamati, mempelajari, dan mengembangkan pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses keberadaannya.Afektivitas tidak sama dengan pengetahuan, tetapi menjadi penggerak atau penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia dalam arti penerapannya dalam bentuk perbuatan atau tindakan.


Pengetahuan eksistensial mempunyai sifat sebagai kepastian bebas dan memberi alasan untuk percaya bahwa kebebasan manusia tidak pernah absen dari penegasan intelektual mengenai adanya afektivitas dalam alam pengetahuannya. Cinta  (afektivitas positif) atau Benci (afektivitas negatif) dapat menjadi dasar penentuan bagi suatu tindakan kognitif. Afektivitas adalah satu dari unsur-unsur pokok dasar dari cara berada manusia di dunia.

Untuk mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut adalah:

  1. Antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri, karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas.
  2. Nilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu sendiri  berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.
  3. Sifat dasariah dan kecenderungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong dia untuk lebih berkeinginan akan sesuatu yang akan menimbulkan kegiatan afektif  yang sesuai dengan sifat dasariah tersebut.
  4. Mengenal kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya hingga akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang, mencintai, mempertahankan diri atau yang lainnya.
  5. Imajinasi. Untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi.

IV. Freedom

Manusia akan mungkin merealisasikan dirinya secara penuh jika ia bebas. Gagasan kebebasan semacam ini selalu aktual dalam hidup manusia selain karena kebebasan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia,kebebasan bersifat rapuh. Manusia adalah makhluk yang bebas, namun sekaligus manusia adalah makhluk yang harus senantiasa memperjuangkan kebebasannya. 

Arti kebebasan pada jaman sekarang tidak bisa disempitkan hanya pada pengertian kebebasan dalam masyarakat kuno atau masyarakat pra-modern.Manusia yang bebas adalah manusia yang memiliki secara sendiri perbuatan-perbuatannya. Kebebasan adalah suatu kondisi tiadanya paksaan pada aktivitas kita.



 “Freedom is self-determination”: dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda.Manusia mempunyai kemampuan untuk berhasrat dan berkeinginan. Ia mempunyai kecenderungan dan kehendak yang bebas dan kemampuan memilih. Kebebesan sejati hanya terdapat di dalam diri manusia karena di dalam diri manusia ada akal budi dan kehendak bebas. Kebebasan sebagai penentuan diri mengandaikan peran akal budi dan kehendak bebas manusia.



 Louis Leahy membedakan tiga macam atau bentuk kebebasan,yaitu:

  1. Kebebasan fisik : tidak adanya halangan atau rintangan-rintangan eksternal yang bersifat fisik atau material. 
  2. Kebebasan psikologis : dikatakan bebas secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan hidupnya.Juga mempunyai kemampuan dan kemungkinan untuk memilih berbagai alternatif. 
  3. Kebebasan moral : ketiadaan paksaan moral hukum atau kewajiban. Kebebasan moral tidak sama dengan kebebasan psikologis.

Sumber:

1. Leahy, Louis. (2001). SIAPAKAH MANUSIA? Sintesis Filosofis Tentang Manusia. Yogyakarta: Kanisius. diunduh tanggal 29-4-2014

2. Binusmaya. Human Philosophical Reflections 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom. diunduh tanggal 29-4-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar